Halo temen-temen, apa kabar? Memang ya untuk konsisten itu butuh perjuangan sekali, huft. Setelah sekian lama, akhirnya saya mulai berbagi cerita kisah kehidupan lagi. Kali ini saya akan berbagi kisah tentang salah satu teman dekat saya, temen berantem, temen diskusi, temen cari jajanan enak dan murmer dan banyak hal lagi yang sering dilakukan haha.
Sebut aja temen saya ini Cahaya, seorang cewe cantik, pinter, sweet, juga sedikit manja tapi dia kuat juga lho cuman kadang dia ga sadar aja hmm. Untuk menjaga privasinya saya samarkan namanya. Cerita ini saya tulis dan saya bagikan dengan seizin dari teman saya, Cahaya.
Cerita yang mau saya bagikan ini adalah tentang perjuangan seorang Cahaya yang mengidap anemia aplastik. Temen-temen tau ga sih anemia itu apa? Apa bedanya sama anemia aplastik?

Mengutip dari berbagai sumber, anemia itu suatu penyakit kekurangan darah dimana jumlah sel darah merahnya rendah dibandingkan jumlah normal. Atau bisa juga jumlah hemoglobin dalam sel darah merah itu sedikit.
Nah, umumnya orang-orang yang memiliki anemia akan terlihat pucat, atau mengalami 5L yaitu cepat lelah, letih, lesu, lemas dan lunglai. Bisa juga merasakan pusing, sesak napas dan gejala lainnya tergantung kondisi fisik setiap orang yang mengidapnya.
Setelah mencoba googling, anemia itu ada berbagai jenis lho. Setiap jenis anemia juga mempunyai penangannya berbeda-beda. Nah, salah satu anemia yang diidap oleh Cahaya temen saya ini adalah anemia aplastik.
Apa itu anemia aplastik? Anemia aplastik ini merupakan penyakit yang cukup langka dimana darahnya mengalami kelainan. Bisa dibilang mirip dengan penyakit leukimia tapi berbeda. Orang yang punya penyakit ini darah pada sumsum tulangnya berhenti atau tidak bisa memproduksi sel darah baru, mau itu sel darah merah, darah putih, maupun trombosit.
Kondisi itulah yang dialami sama Cahaya temen saya. Jadi sumsum tulangnya dia sudah sulit untuk memproduksi sel darah merah baru. Cahaya sendiri sudah mengetahui dia mengidap penyakit ini sekitar 3 – 4 tahun kebelakang.
Penyebab umum orang terkena penyakit ini itu karena radiasi dari kemo, dan ada juga karena bawaan. Jadi terkadang tidak diketahui penyebab pastinya. Dan munculnya bisa tiba-tiba. Orang yang kena penyakit anemia itu rata-rata pada umur sekitar 20-an. Dan terkadang kondisi umum pada orang yang memiliki anemia pun tidak melulu terlihat pucat dsb.
Bahkan kata Cahaya ditempat dia melakukan pengobatan, ada laki-laki berusia sekitar 10 tahun mengidap penyakit ini. Jadi, tidak melulu wanita dewasa bahkan laki-laki dan anak kecil pun bisa saja memiliki penyakit ini.
Pengobatan pertama Cahaya itu dengan meminum obat dari dokter yang cukup banyak ada sekitar 7 obat yang harus diminum. Dimana ada beberapa obat yang harus diminum setiap hari, ada juga yang tidak. Dan kalau sudah habis harus ganti dengan obat yang lain. Cahaya sendiri meminum obat herbal dengan bawang putih dan madu.
Selain obat, Cahaya juga melakukan transfusi darah. Sebelum melakukan transfusi darah, sumsum tulang belakangnya dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan untuk reproduksi darahnya berapa baik. Sedangkan kemampuan reproduksi darah Cahaya adalah sekitar 15-20%, terbilang cukup rendah.
Makanya harus di support dengan transfusi darah. Untuk transfusi darah ini, ada yang bisa melakukan seminggu sekali ada juga yang tidak. Dan transfusi darah pun range-nya bisa berubah jika di support dengan obat. Begitu pun dengan Cahaya.
Kadang kalau sudah kambuh dia bisa sampai mimisan yang cukup banyak, sering juga kalau dia datang bulan dia sampai demam yang cukup tinggi, pusing, dan kalau lemes ga usah ditanya lagi deh. Pada saat itulah dia harus cepat-cepat melakukan transfusi darah.
Pengobatan yang selanjutnya ada kemoterapi. Pengobatan ini merupakan pengobatan lanjutan yang dipilih oleh Cahaya dari beberapa pilihan pengobatan lainnya seperti donor sumsum tulang belakang.
Untuk 1 section kemoterapi itu ada 3 – 4 kali kemoterapi dengan jangka waktu tertentu dalam satu tahun. Biasanya dalam rentang 1 bulan melakukan kemoterapi. Tapi bisa juga mundur, tergantung pada kondisi fisiknya. Karena kalau sedang menstruasi, cape, demam itu tidak boleh melakukan kemoterapi.
Untuk penolongan pertama dari orang sekitar ketika anemianya tersebut kambuh tergantung dari kondisinya. Jika mimisan, bisa dengan membantu memberhentikan darahnya dengan duduk sambil menunduk untuk mengeluarkan darahnya. Kemudian berbaring dengan kaki posisinya harus lebih atas dibandingkan kepala dan harus dalam posisi sadar. Tapi jika sampai pingsan, lebih baik secepatnya meminta bantuan medis.
Efek yang dirasakan salah satunya adalah sesak nafas, lebih cepet cape dari biasanya, mimisan, pusing yang tidak tertahankan, dan terkadang pingsan. Dan menurut Cahaya yang paling berat adalah ketika mimisan, sesak nafas dan pingsan.
Setiap orang yang melakukan kemoterapi harus memasang chemoport. Chemoport ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengurangi peradangan pembuluh darah ketika kemoterapi. Biasanya dipasang dibawah kulit seperti gambar dibawah ini.

Sedangkan efek dari pengobatan kemo yang dijalani memiliki efek yang berbeda setiap orangnya tergantung obat dan juga dosisnya dan kondisi fisik. Sedangkan Cahaya mengalami kerontokan rambut, kulit kering, kemudian mual-mual sampai muntah. Sampai akhirnya mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis.
Ada juga pantangan makanan untuk orang yang melakukan kemoterapi itu pada umumnya dilarang makan makanan olahan (nugget, sosis dsb)s, produk dairy, makanan instan, makanan yang mengandung kadar gula tinggi, dan juga makanan mentah. Walaupun terkadang masih bandel, tapi ketika akan kemo harus sangat menjaga makanan.
Kalau sedang melakukan pengobatan di rumah sakit sering-seringlah sharing dengan orang yang pernah melakukan kemoterapi. Supaya tidak bosan ketika melakukan kemo, juga menambah wawasan lain yang mungkin belum diketahui.
Dan yang paling jelas dibutuhkan selain pengobatan medis juga support dari orang-orang terdekat. Karena melakukan kemoterapi merupakan hal yang tidak mudah, ditambah dengan makanan yang dulunya bisa dimakan dan akhirnya menjadi pantangan. Khususnya untuk Cahaya, dia cukup dengan mengeluarkan berbagai emosi kepada orang-orang terdekat supaya mereka tahu apa yang sedang dia rasakan.
Saya dulu teringat ketika sekitar akhir tahun 2016 kalau tidak salah, Cahaya baru berani menceritakan kondisi yang dialaminya ini. Pernah Cahaya ada dititik dia sudah lelah, tidak menerima kondisi dia, sampai akhirnya selalu berpikiran negatif. Dan semua kata positif dari orang-orang sekitarnya pun tidak bisa ia terima.
Bukan hal yang mudah untuk Cahaya menerima kenyataan tersebut. Sempat jatuh bangun untuk menghadapi kondisinya itu. Dimana selain obat, transfusi darah, ditambah dengan kemoterapi yang cukup melelahkan, dan pantangan makanan. Hal tersebut membuat fisik Cahaya drop, tapi mentalnya pun ikut-ikutan drop.
Saat ia merasa mentalnya sedang drop karena merasa sedih, lelah dan juga terkadang menyalahkan kondisi tersebut, disitulah dia sangat-sangat butuh support dari orang-orang terdekatnya untuk mendukungnya bukan untuk mengasihaninya, tapi mendukungnya.
Meskipun ia sudah melakukan satu rangkaian kemoterapi, tapi ternyata pada tahun ini pun ia masih harus melakukan kemoterapi ke-2 walaupun tidak akan sebanyak rangkaian kemoterapi yang pertama.
Saya dan teman-teman dekatnya pasti akan terus mensupport Cahaya dan pasti mendoakan agar ia bisa sehat dan bahagia selalu pastinya.
Semoga pengalaman yang dialami oleh Cahaya bisa memberikan wawasan baru untuk teman-teman semua. Dan bisa lebih waspada lagi, jangan menganggap sepele penyakit anemia. Jika ada yang mau menambahkan atau mengkoreksi, silahkan tulis dikolom yang tersedia ya.
Bonus untuk Cahaya.. ^_^
