Hai, apa kabar semua? Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog. Rindu juga ya berceloteh di blog sendiri yang sudah lama tak tersentuh ini, hiks.
Sebetulnya banyak sekali yang ingin saya tulis, karena sudah banyak ‘bahan’ yang menurut saya bisa saya bagikan di blog ini. Padahal, niat hati ingin menulis setiap hari, apa daya ternyata belum bisa konsisten (ah, banyak alasan nih haha).
Oke, mari kita mulai cicil satu-satu deh ya, mulai dari bahasan yang PDAM ini. Dan sepertinya, celotehan saya kali ini akan cukup panjang. Selamat membaca ^_^.
Drama Penggunaan Air PDAM
Jadi, ceritanya setelah saya menikah, saya tinggal di rumah yang kebetulan airnya menggunakan aliran air dari PDAM. Di Bandung, air PDAM ini setahu saya ada jam-jam pengaliran airnya. Jadi, tidak yang mengalir setiap saat gitu.
Kalau di daerah rumah saya biasanya air mulai mengalir sekitar jam-jam magrib sampai tengah malam. Tapi, kadang sore (jarang sekali terjadi) sudah mengalir dan kadang sampai subuh pun masih mengalir. Beberapa kali jadwal jam pengalirannya pernah berubah-ubah, suka-suka PDAM deh kayaknya.
Selama menikah hampir empat tahun ini dan tinggal di rumah ini, aliran air PDAM tidak pernah ada masalah. Pernah sih, sesekali airnya ga ngalir sama sekali, tapi itu hanya satu hari saja.
Sampai akhirnya suatu ketika, sekitar akhir Mei 2022 aliran air PDAM mulai bermasalah. Beberapa hari air mengalir kecil sekali, bahkan sama sekali tidak mengalir. Awalnya masih santai, karena masih ada persediaan air di toren. Jadi menyiasatinya dengan hemat pakai air.
Tapi, lama-lama gangguan air dari PDAM ini semakin parah. Kalau di total-total, kurang lebih selama tiga bulan air PDAM gangguan. Keluhan air yang dialami mulai dari aliran airnya kecil, sampai tidak mengalir sama sekali.
Persediaan air di rumah selama gangguan itu cuma ada sekitar empat ember ukuran standar. Terus, kadang menampung air di baskom sampai panci berbagai ukuran yang ada di rumah. Tapi itu pun paling sekitar dua ember aja, jadi kalau di total kurang lebih cuma ada enam ember air aja.
Dan berhubung saya perempuan, pasti ada drama bulanan kan ya. Tapi, alhamdulillahnya selama dua bulan, setiap kali saya datang bulan, kebetulan lagi di rumah mertua yang nan jauh di sana. Untuk para wanita pasti tahu banget dong kalau lagi datang bulan pasti butuh banyak air buat bersih-bersih huhu.
Sampai akhirnya datang bulan di bulan ketiga, saya pun mengalami datang bulan ketika di rumah sendiri. Dan Alhamdulillahnya lagi, ketika bulan ketiga ini, pas lagi banyak-banyaknya saya ada kerjaan ke luar rumah. Pakai toilet umum buat bersih-bersih, bekel sabun buat cuci pembalut. Saat itu saya belum berani pakai pembalut kain, karena tahu butuh air lebih banyak lagi. Jadi terpaksa pakai pembalut sekali pakai lagi.
Padahal, sebelumnya saya udah wanti-wanti ke suami, kalau saya datang bulan, saya mau kerja di luar aja. Atau ikut ke rumah siapa gitu, sampe SPBU dsb pun jadi opsi kalau lagi darurat. Tapi ya lumayan juga kan repot kalau harus sampai kaya gitu.
Untuk memenuhi kebutuhan air harian, saya dan suami mulai dari berusaha hemat banget pakai air. Jaga wudhu biar ga batal, kalau kebelet harus nahan-nahan karena inget air sedikit. Terus beli air galon buat nambah pasokan air di rumah.
Dan jujur, saat itu beberapa kali saya dan suami sampai ga mandi seminggu karena kesulitan air. Kalau udah ga tahan banget, pakai air galon deh buat mandi. Atau kadang-kadang mandi pas ember-ember udah pada penuh dan air masih ngalir, ga peduli kalau itu ngalirnya malem banget, yang penting bisa mandi.
Terus jaga badan biar ga terlalu berkeringat, tapi emang seriusan ga enak banget T_T. Dan pas lagi kejadian kaya gitu, sempet kepikir nasib orang-orang yang ada di Afrika yang kesulitan air. Atau di Indonesia yang kesulitan pasokan air bersih juga.
Urusan cuci pakaian, saat itu saya serahkan ke laundry aja, karena udah ga memungkinkan buat cuci baju sendiri. Buat makan pun saya ngide beli kertas nasi, biar ga terlalu banyak cucian piring T_T.
Laporan Pengaduan ke PDAM
Selama tiga bulan itu, saya hampir tiap hari komplain ke PDAM. Awalnya komplain hanya lewat nomor pengaduan PDAM. Tapi tidak juga digubris dan hanya diberi jawaban template.
Saking udah keselnya, saya dan suami datang ke kantor PDAM langsung untuk komplain. Eh, pas sampai di sana, ternyata semua pengaduan dilaporkan via WhatsApp. Dan nomor pengaduan yang saya punya selama ini bukan untuk wilayah daerah sekitar rumah dan kayanya nomor pusat PDAM.
Akhirnya ketika sampai di kantor PDAM saya diberitahu nomor pengaduan sesuai wilayah. Lalu, saya dan suami pun ‘curhat’ pada satpam yang waktu itu ada di sana. Padahal dari rumah udah siap-siap mau marah-marah, eh ternyata ga bisa marah-marah langsung, haha.
Setelah dapat nomor pengaduan yang sesuai wilayah, saya mulai lagi tuh komplain hampir tiap hari. Tapi jawabannya selalu template sekali. Rasa kesal sudah diubun-ubun, akhirnya saya komplain ke semua media sosial PDAM. Mulai dari instagram, twitter, sampai ke website mereka. Sampai-sampai, saya bikin status di instagram story dan tag walikota segala haha.
Dari situ, keluhan saya mulai ditanggapi dengan jawaban yang tidak template lagi. Kemudian, beberapa hari setelahnya, akhirnya datanglah petugas PDAM ke rumah untuk pengecekan.
Pengecekan Oleh Petugas PDAM
22 Juli 2022, setelah beberapa puluh kali komplain, akhirnya petugas PDAM datang juga ke rumah buat pengecekan. Setelah di cek, ternyata saringan yang ada di saluran air tersumbat oleh kotoran. Sehingga air tidak mengalir ke rumah. Dalam hati, ‘nah kan kalau sudah dicek sama petugas jadinya tahu penyebabnya apa’.
Petugas PDAM juga saya persilahkan masuk ke rumah untuk melihat ketinggian air kran di rumah. Dan mereka bilang, ketinggiannya masih normal bahkan terhitung pendek.
Dari kunjungan petugas PDAM itu, saya juga jadi tahu kalau ternyata pipa air PDAM itu sambungannya paralel. Sehingga, saya dan tetangga di dekat rumah saya berebut air ketika air mengalir. Mereka sih bilangnya mau pengecekan dulu untuk mencari pipa induknya. Tapi tidak tahu kapan mereka melakukan pengecekan itu.
Setelah pengecekan, akhirnya air mengalir. Tapi, hanya bisa memenuhi ember dan tidak mengalir ke toren, karena aliran airnya kecil. Dan kebetulan di rumah tidak ada bak air, jadi cuma bisa menuhin ember-ember saja. Saat itu, langsung inisiatif isi baskom sampai panci-panci untuk menampung air.
Drama Kembali Setelah Pengecekan
Sebenarnya dari semenjak pengecekan, aliran air tidak pernah sampai ke penampungan air (toren). Aliran airnya kecil, jadi tidak kuat untuk naik ke penampungan toren yang ada di atas. Dan penggunaan air pun kembali lagi kaya waktu drama tiga bulan itu. Tampung air lagi di ember-ember, baskom dan panci.
31 Juli 2022, entah kenapa air mulai ga ngalir lagi. Saya komplain lagi dong ke PDAM dengan keluhan yang sebenarnya sama dengan keluhan sebelum-sebelumnya. Dan karena respon pengaduan lewat WA lama, akhirnya saya lebih sering buat pengaduan ke instagram PDAM.
Admin di instagram lebih cepat respon dibanding yang di WA. Meskipun ditanya-tanya kayak ‘Ga ngalir sama sekali?’, ‘Stop kran di depan di cek takutnya nutup bu?’ dsb. Dan memang katanya sempet ada beberapa kasus yang ternyata stop kran di dekat meteran PDAM yang ternyata ketutup, makanya ga ngalir.
Kalau di rumah saya dari awal tidak pernah menutup kran air pdam yang dekat meteran. Apalagi sejak aliran air gangguan, kran yang bagian pengaturan besar kecil aliran airnya di-full-kan
Pengecekan Oleh Petugas PDAM (2 & 3)
Setelah tiga hari laporan akhirnya petugas PDAM datang lagi untuk pengecekan. Kali ini petugasnya beda, karena sebelumnya memang sempat dapat info kalau lagi ada rotasi petugas gitu.
Pengecekan ke-2
2 Agustus 2022, pengecekan ke-2. Nah, petugas yang kali ini tu bukan yang biasa menangani di daerah rumah, jadi agak bingung juga petugasnya. Sampai telponan untuk ngasih arahan ke rumah. Terus, sama seperti petugas sebelumnya, saya persilahkan juga petugas PDAM kali ini untuk masuk ke rumah buat ngecek ketinggian toren dan kran juga.
Meteran dan pipa air yang diluar kembali dibuka untuk dicek. Dan seperti biasa, kalau dari pipa yang dekat meteran itu air mengalir lumayan deras. Tapi karena tekanan airnya kecil, ke rumah jadi tidak sampai.
Ditambah lagi, beberapa tetangga pasang kran di luar dekat dengan meteran. Jadi, otomatis air semakin tarik menarik dan ke rumah tidak mengalir. Kecuali kalau tetangga-tetangga sudah selesai, baru deh air mengalir kecil ke rumah.
Kali ini ternyata setelah dicek, airnya kejebak angin. Waktu itu petugasnya sampe meniup pipa kran dari dalam rumah buat memastikan apakah ada angin atau tidak. Dan benar saja, setelah itu airnya jadi mengalir agak lebih besar dari sebelumnya. Jadi, katanya airnya terjebak sama angin.
Agak bingung sih sebenarnya, tapi waktu cek di mbah gugel, ternyata kasus aliran air terjebak angin lumayan cukup banyak juga. Boleh langsung cek aja, banyak sekali bahasan tentang air yang terjebak angin ini.
Selang seminggu dari pengecekan ke-2, air mulai ga ngalir lagi. Kali ini saya langsung laporan ke petugas PDAM yang terakhir cek. Tapi, karena dia sibuk jadi ga bisa langsung mengecek ke rumah lagi.
Dan kembali lagi saya dapat saran buat pasang kran di luar untuk angkut-angkut air ke dalam rumah. Sebelumnya juga sempat dapat saran seperti ini dari petugas pengecek pertama. Meski disebut sebagai solusi sementara, tapi, menurut saya dan suami, itu bukan solusi yang tepat. Jadi, saya iyakan ajalah saran tersebut. Sambil saya dan suami cari solusi lain untuk masalah air ini.
Pengecekan ke-3
Sebetulnya, saya sempat komplain lagi melalui instagram. Tapi kayaknya adminnya sudah bosan nanggepin komplainan saya haha. Dan saya pun sudah lelah banget harus komplain terus. Jadi ya sudahlah, sudah semakin bulat buat berhenti langganan PDAM.
Eh taunya waktu sekitar minggu kedua Agustus, lupa sih tepatnya tanggal berapa. Kisaran tanggal 8-10 Agustus gitu, ada tetangga yang kebetulan di cek sama petugas PDAM. Terus tetangganya sekalian ngetok pintu rumah buat di cek-in gitu sama petugas. Kali ini petugasnya beda lagi dengan petugas pertama dan kedua.
Pas di cek sama petugasnya, katanya ada segel yang sudah rusak di meterannya. Tapi kan yang pertama kali bongkar juga petugas PDAM. Jadi, ya saya ga tahu dan ga ngerti juga masalah yang kaya gitu.
Terus, kata petugasnya juga ada bilang, sebelum ngecek ke rumah tu sempat cek tekanan air di sekitaran wilayah sini tu memang rendah. Makanya nyampe ke rumah warga tu jadi kecil. Dan yang lebih parahnya lagi, katanya kalau ada komplain tu, kadang ga nyampe ke petugas lapangan. Hmm rasanya….
Tapi, si petugasnya malah kesannya kaya yang negluh gitu. Saya sebagai pelanggan paham bener kalau petugas lapangan itu pasti gak cuma satu rumah yang di cek. Tapi kan memang sudah kewajibannya sebagai petugas untuk mengecek.
At lease, kalau belum bisa gerak cepat, dari PDAM bisa kasih solusi yang menenangkan untuk pelanggan. Karena toh, pelanggan juga rugi kan kalau air tidak mengalir, bayaran tetap normal seperti air mengalir biasa. Bukan cuma bayar beban lho ya, tapi bayar full kaya air mengalir normal. Bantuan air bersih dari PDAM pun tak ada. Gimana ga kesal saya sama suami kalau kaya gini.
Intinya dari pengecekan yang ke-3 ini ga ada hasil apa-apa deh, selain dengar keluhan petugasnya tentang pekerjaan dia sendiri. Saya sama suami sih udah malas sebetulnya, dengan janji-janji yang entah bakalan kapan dilaksanakan buat pengecekan ke saluran induknya.
Masukan aja mungkin untuk PDAM, kalau ada keluhan dari pelanggan, sebisa mungkin langsung disampaikan ke petugas lapangan. Lalu di double check apakah sudah ditangani atau belum.
Kemudian untuk petugas lapangan yang cek meteran bulanan, harusnya sudah kelihatan kalau tidak ada pergerakan air di meteran. Dan kalau bisa, misalkan air tidak mengalir, setidaknya pelanggan cukup dengan bayar beban saja. Atau pengurangan biaya pembayaran kalau penggunaan airnya tidak mencukupi, misal setengahnya.
Yah, walaupun saya sudah sering denger juga masalah pelanggan lain yang bayarannya sampai puluhan juta, tapi airnya sama sekali ga ngalir. Atau rumahnya sudah lama kosong, tapi bayaran tetap normal, dsb.
Namun, dari semua kejadian ini saya bisa cukup bersyukur juga, karena masih diberi kecukupan dengan air yang terbatas. Alhamdulillah kebutuhan air harian masih bisa terpenuhi walau harus super duper hemat. Meski harus keluar pengeluaran ekstra untuk beli air galon dan beberapa pengorbanan lainnya (read: ga mandi haha).
Dan karena sudah lelah dengan urusan PDAM ini, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk membuat sumur bor. Ceritanya bakalan saya lanjut di postingan selanjutnya tentang sumur bor ini ya. Karena pasti bakalan panjang banget dan ini juga celotehannya udah cukup panjang haha.
Terima kasih sudah membaca tulisan saya kali ini yang super panjang ini. Semoga untuk temen-temen yang pakai PDAM dan sedang mengalami gangguan aliran air, bisa kembali lancar. Dan bisa ditanggapi dengan sigap juga oleh petugas yang bersangkutan.